Sabtu, April 28, 2012

INVENTARISASI ENDAPAN GAMBUT DAERAH BARAMBAI DAN SEKITARNYA KAB. BARITO KUALA, PROV. KALIMANTAN SELATAN

Oleh
J.A. Eko Tjahjono
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Daerah penyelidikan endapan gambut terletak di Daerah Barambai dan sekitarnya, yang berjarak 50 Km sebelah Baratlaut Kota Banjarmasin. Secara Administratip masuk dalam wilayah Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara Geografis daerah penyelidikan dibatasi dengan koordinat 2050’00” sampai 3005’00” LS dan 114030’00” sampai 114045’00” BT. Luas daerah penyelidikan sekitar 756 Km2.
Geologi regional daerah penyelidikan terletak dalam Cekungan Barito yaitu pada posisi “Back Arch Basin”. Batuan tertua yang terdapat disekitar daerah tersebut yaitu batuan yang berumur Pra-Tersier, yang tersingkap disekitar lereng barat Pegunungan Meratus, terletak disebelah Timur daerah penyelidikan, antara lain terdiri dari batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier dari Formasi Tanjung, Berai, dan Formasi warukin. Terakhir yaitu endapan batuan Kuarter yang berumur Plistosen dari Formasi Dahor dan batuan Holosen yang berupa endapan Aluvium, tediri dari endapan pasir, lempung, sisa-sisa tumbuhan dan endapan gambut yang diendapkan dalam lingkungan paralic sampai fluviatil. Daerah inventarisasi umumnya didominasi oleh endapan gambut yaitu sekitar 50%, sedangkan sisanya berupa endapan aluvial sungai.
Data fisik gambut di daerah ini berwarna cokelat tua hingga kehitaman, dengan derajat pembusukan sedang sampai tinggi, yaitu H5 – H7 (hemic - safric) dalam skala Van Post, kandungan serat umumnya sekitar 10% sampai 15%, sedikit terdapat serat kayu dan akar, kandungan air cukup tinggi. Ketebalan endapan gambut mencapai lebih dari 5 meter.
Hasil rata-rata analisis kimia contoh gambut, menunjukkan bahwa Lembab Nisbi sekitar 89,32%; Lembab Jumlah 90,34%; Moisture 9,57%; Zat Terbang 53,79%; Karbon tertambat 31,29%; Abu 5,35%; Total Sulphur 0,97%; keasaman 3,2; Bulk Density 0,127 dan Nilai Kalori rata-rata sekitar 4828 Cal/gr.
Sumberdaya Tereka endapan gambut yang tebalnya lebih besar dari 1 meter di daerah penyelidikan yaitu sekitar 9.582.683 Ton gambut kering, dengan luas lahan gambut yang tebalnya lebih dari 1 meter yaitu sekitar 4.010 Hektar.
PENDAHULUAN
Maksud dan Tujuan.
Dalam rangka merealisasikan kebijakan pemerintah, tentang diversifikasi penggunaan energi lain selain minyak bumi, yang harus terus digalakkan, guna menunjang tersedianya kebutuhan energi yang berkelanjutan, agar laju pertumbuhan perekonomian di Indonesia dapat berjalan secarara progresif, oleh karena itu perlu adanya gagasan baru yang menyangkut mengenai antisipasi kondisi tersebut, yaitu dengan melakukan penyelidikan mengenai endapan gambut yang diperkirakan banyak terdapat di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di Kabupaten Barito Kuala yang terkenal sebagai bagian dari lahan gambut sejuta hektar.
Tujuan penyelidikan ini yaitu untuk mengetahui sebaran, ketebalan, sumber daya, mutu, bentuk endapan dan kondisi geologi endapan gambut di daerah penyelidikan. Selain hal tersebut juga untuk mengetahui data umum wilayah seperti infra struktur, kondisi sosial masyarakat, iklim, curah hujan, demografi dan hal-hal lain yang erat kaitannya dengan kegiatan selanjutnya. Seluruh data yang didapat diharapkan merupakan data inventarisasi yang akan menunjang dalam menentukan prospek pemanfaatan dan pengembangan penggunaannya dikemudian hari.
Tujuan lain penyelidikan endapan gambut di wilayah Kabupaten Barito Kuala, yaitu selain
inventarisasi untuk penyusunan data base dan penambahan informasi mengenai keanekaragaman bahan galian yang terdapat di daerah tersebut, juga bertujuan untuk menggali potensi bahan energi yang mungkin dapat dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan perekonomian maupun perolehan devisa daerah setempat.
Lokasi Daerah Penyelidikan.
Daerah penyelidikan terletak di bagian hilir antara Sungai Barito dengan Sungai Kapuas Murung, yaitu sekitar 50 Km Baratlaut Kota Banjarmasin dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor. Secara administratip, lokasi daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah Kecamatan Barambai dan sekitarnya, Kab. Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan ( Gambar 1 ). Secara Geografis daerah penyelidikan dibatasi oleh koordinat 2050’00” sampai 3005’00” Lintang Selatan dan 114030’00” sampai 114045’00” Bujur Timur. Peta dasar yang dipergunakan yaitu Peta Rupabumi Indonesia dari Bakosurtanal Kedar 1 : 50.000 ( lembar Peta Palingkau Baru 1713-21 ) dan ( lembar Peta Belawang 1712-53 ) serta Peta Geologi Lembar Amuntai dan Banjarmasin Kedar 1 : 250.000. Luas daerah penyelidikan sekitar 756 Km2 (27,5 Km Panjang x 27,5 Km Lebar).
GEOLOGI REGIONAL.
Stratigrafi Regional.
Daerah penyelidikan terdapat dalam cekungan Barito, yaitu pada posisi “Back Arch Basin”. Batuan tertua yang dijumpai disekitar daerah tersebut yaitu batuan yang berumur Pra-Tersier, yang tersingkap disekitar lereng barat Pegunungan Meratus, yaitu terletak disebelah Timur daerah penyelidikan, antara lain terdiri dari batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier dari Formasi Tanjung, Berai, dan Formasi warukin. Terakhir yaitu endapan batuan Kuarter yang berumur Plistosen yang terdapat Formasi Dahor dan pada Holosen terdapat endapan Aluvium, yang mana pada endapan aluvium tersebut terdapat endapan pasir, lempung, sisa-sisa tumbuhan dan endapan gambut yang diendapkan dalam lingkungan paralic sampai fluviatil ( Gambar 2 )
Formasi batuan Tersier tertua yang tersingkap disekitar Kabupaten Barito Kuala yaitu Formasi Tanjung, tersingkap pada bagian timur daerah kabupaten tersebut, sedangkan formasi-formasi batuan lainnya yang tersingkap yaitu Formasi Berai, Warukin dan Formasi Dahor serta Satuan Endapan Permukaan yang berupa aluvial dan gambut ( Tabel 1 ). Stratigrafi satuan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan hanyalah berupa Satuan endapan alluvium dan gambut yang berumur Holosen, yang hampir seluruhnya di dominasi oleh endapan gambut dan sedikit endapan aluvial.
Struktur Geologi
Secara umum daerah penyelidikan tersebut berupa pedataran, sedangkan struktur geologi yang berhubungan dengan kegiatan tektonik, tidak dijumpai di lokasi daerah penyelidikan, akan tetapi disebelah timur wilayah Kabupaten Barito Kuala terdapat beberapa struktur sinklin dan antiklin, yang dikenal dengan nama antiklinorium Meratus, yang terdapat di bagian timurlaut Kota Banjarmasin dan sekitarnya, yang sumbu sumbu utama umumnya berarah timurlaut - baratdaya. Sedangkan patahan naik umumnya juga berarah timurlaut - baratdaya.
Indikasi Endapan Gambut.
Potensi lahan gambut di Indonesia merupakan peringkat nomer empat terbesar dunia, dan berdasarkan kajian pustaka diambil dari tulisan penyelidikan terdahulu, yaitu mengenai dataran rendah dan rawa-rawa sepanjang pantai timur Sumatra dan pantai barat sampai selatan Kalimantan yang terbentuk kira-kira 5000 tahun yang lalu, menyebutkan bahwa Wilayah Pesisir barat sampai selatan Pulau Kalimantan umumnya terdiri dari endapan gambut yang sangat luas, seperti halnya di daerah Inventarisi disekitar lokasi daerah penyelidikan, yaitu di daerah Barambai dan sekitarnya, Kabupaten Barito Kuala, dari 50% wilayahnya didominasi oleh endapan gambut, sisanya berupa endapan aluvial
Indikasi endapan gambut di lapangan, yaitu ditandai dengan adanya morfologi bentang alam pedataran. Terdapat rawa-rawa yang airnya berwarna cokelat tua sampai kehitaman, dengan pola aliran air yang bermeander dan mempunyai ketinggian permukaan yang hampir sama dengan permukaan air laut. Tanah di daerah ini
umumnya berwarna cokelat tua sampai kehitaman, sangat lunak dan mudah ditusuk-tusuk, tanah di daerah tersebut umumnya kurang subur, meranggas serta kering, asam dan mudah terbakar pada musim kemarau, yang disebabkan oleh turunnya permukaan air tanah pada endapan gambut, sehingga endapan gambut menjadi sangat kering. Pada endapan gambut yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 meter, umumnya dijumpai pemukiman penduduk, perkebunan tanaman keras seperti kelapa sawit, tetapi pada endapan gambut yang mempunyai ketebalan lebih dari 1 meter umumnya ditumbuhi oleh tanaman semak seperti rerumputan liar serta hutan kayu galam yang khas terdapat di daerah Kalimantan Selatan.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan.
Penyelidikan tersebut yaitu untuk melakukan evaluasi mengenai sumberdaya dan kualitas endapan gambut pada lokasi daerah penyelidikan, dengan melakukan kegiatan pengukuran koordinat memakai alat GPS, serta ketinggian permukaan lokasi titik bor gambut memakai alat Altimeter, dan melakukan kegiatan bor tangan untuk uji kedalaman serta pengukuran ketebalan endapan gambut dengan melakukan diskripsi hasil bor, disertai pengambilan contoh gambut untuk dianalisis di laboratorium kimia dan fisika mineral. Dari perolehan data lapangan tersebut akan dibuat tabel lokasi titik-titik bor gambut, yang berisi koordinat titik bor, ketinggian topografi gambut pada lubang bor dan ketebalan endapan gambut.
Dari perolehan data endapan gambut pada daerah penyelidikan, akan dibuat isopach endapan gambut dengan interval 1 meter dan penampangan, dengan sekala 1 : 50.000. Hal ini dilakukan untuk menghitung cakupan sumberdaya endapan gambut disekitar daerah tersebut, demikian pula mengenai evaluasi kualitasnya.
Metoda Pengumpulan Data, meliputi pengumpulan data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data sebaran endapan gambut yang diperkirakan tersebar di daerah penyelidikan, yang dapat diperoleh dari kantor PEMDA dan kantor terkait lainnya serta dari usaha pertambangan, yang digabungkan dengan data yang ada di Pusat Sumber Daya Geologi, sedangkan data primer yaitu data endapan gambut yang diperoleh dari pelaksanaan pekerjaan lapangan di daerah penyelidikan dan sekitarnya, yang meliputi pekerjaan Pemetaan, Pemboran, Pengukuran, Pencatatan, Pengambilan contoh endapan gambut dan sebagainya, dengan menggunakan peralatan lapangan.
Pengumpulan Data Lapangan
Meliputi pengumpulan data primer, yaitu melakukan penyelidikan dan evaluasi mengenai sebaran, bentuk endapan dan sumberdaya serta kualitas endapan gambut pada lokasi daerah sasaran, dengan melakukan kegiatan penyelidikan lapangan sebagai berikut :
-Pemetaan Geologi, yaitu untuk menentukan batas-batas sebaran satuan batuan yang ada disekitar daerah inventarisasi, terutama batas antara endapan alluvial dengan endapan gambut di daerah penyelidikan dan sekitarnya.
-Pemboran, dengan menggunakan bor tangan, yaitu sebagai bor uji kedalaman serta ketebalan endapan gambut dari Top sampai Bottomnya, yang dilakukan secara acak dan semi sistematis dengan interval jarak tertentu, yang nantinya untuk pembuatan Peta sebaran dan Isopach endapan gambut.
-Pengukuran Koordinat dengan GPS serta Ketinggian Permukaan Lokasi Titik Bor gambut dengan menggunakan alat altimeter, yang selanjutnya untuk di plot pada peta kerja, guna pembuatan penampangan endapan gambut.
-Mendiskripsi dan mencatat hasil pemboran gambut mengenai ciri-ciri dan perubahan sifat fisik endapan gambut, seperti warna, tingkat pembusukan, kandungan serat dan akar, serta klasifikasi lainnya sampai ke dasar endapan gambut.
-Pengambilan contoh endapan gambut pada posisi kedalaman tertentu secara komposit, dengan kode tertentu, yang nantinya akan dianalisis di Laboratorium.
Data Pemboran Gambut.
Data pemboran endapan gambut di daerah penyelidikan tersebut, dibuat dari hasil kegiatan pemboran tangan gambut dan pengukuran koordinat serta ketinggian dari setiap lokasi titik-titik bor di lapangan. Penempatan lokasi titik-titik bor di lapangan tersebut direncanakan dan ditentukan secara acak dan semi sistematis yang disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada di lapangan, yaitu dengan cara menyusuri sungai, jalan setapak kanal dan paritan.
Jarak titik-titik bor terdekat yaitu berkisar dari 250 meter hingga 1500 meter dalam setiap jarak penyusuran lintasan pemboran. Setiap titik lokasi bor telah diukur koordinatnya dengan menggunakan GPS 12CX merek Garmen dan diukur ketinggiannya dari permukaan air laut dengan menggunakan alat ukur altimer SILVA merek Alba, yang mana mengambil datum yang ada dari Desa Antar Jaya dengan ketinggian sekitar 12 meter dari permukaan air laut.
Daerah penyelidikan dialiri sungai besar utama yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas Murung yang terdapat pada bagian timur dan barat daerah penyelidikan, mengalir dari arah timurlaut kearah baratdaya yang dihubungkan dengan tiga buah kanal utama dan puluhan Kanal Sekunder, maka dari beberapa Kanal Sekunder dihubungkan dengan paritan tersier dan jalan setapak. Kegiatan pemboran gambut di sekeliling daerah penyelidikan tersebut telah dilakukan pemboran sebanyak 70 lokasi titik bor, yaitu dari kode nomor bor BR-01 sampai BR-70, yang letaknya kira kira terdapat pada bagian tengah sebelah utara daerah penyelidikan, yang mana diperkirakan masih banyak terdapat adanya sebaran endapan gambut. Oleh karena itu, data titik-titik bor endapan gambut yang menyangkut data ketebalan, koordinat dan elevasi titik bor, telah dirangkum dan ditabulasikan.
Sifat Fisik Endapan Gambut.
Warna, warna endapan gambut yang terdapat dekat permukaan, setempat dijumpai berwarna cokelat tua sampai kehitaman. Warna hitam diperkirakan karena pengaruh dari terbakarnya material pembentuk gambut di permukaan, serta pengaruh dari derajat pembusukan dan kandungan zat organik. Selanjutnya di bagian tengah, umumnya endapan gambut berwarna cokelat tua, warna ini bergradasi menjadi cokelat kehitaman bila semakin dekat dengan dasar sedimentasi. Dasar sedimentasi umumnya berupa endapan lempung dan lanau, berwarna abu-abu gelap, dengan sisipan tipis berupa laminasi dari karbonan sisa tumbuh-tumbuhan.
Derajat Pembusukan (H), derajat pembusukan endapan gambut di daerah tersebut, teutama yang dekat permukaan, mempunyai tingkat pembusukan relatip sedang, adapun untuk daerah yang mendekati dasar cekungan, derajat pembusukannya tinggi. Namun secara umum sebaran ke arah horisontal tidak memperlihatkan perubahan perbedaan yang mencolok, terutama pada bagian tengah yang mempunyai tingkat pembusukan sedang, yang menurut sekala Van Post yaitu berkisar dari H5 sampai H7, atau dalam kelompok Hemic - Safric sampai Safric dengan kandungan serat berkisar dari 10% - 15%.
Kandungan kayu (W), kandungan kayu dalam satu sekuen dari atas sampai ke bawah dalam suatu endapan gambut yaitu tidak homogen, kandungan kayu dijumpai pada bagian bawah dalam jumlah yang relatip rendah dibandingkan pada bagian atas, hal ini dipengaruhi oleh faktor derajat pembusukan serta kecepatan pembentukan gambut, biasanya kayu yang terdapat dibawah muka air tanah, lebih cepat mengalami proses penggambutan, sedangkan kayu yang terdapat diatas muka air tanah mengalami pembusukan. Kandungan kayu di daerah tersebut hanya sekitar 5% sampai 10%.
Kandungan Akar (R), umumnya dijumpai pada bagian atas dalam endapan gambut, tetapi jumlahnya tidak banyak, yaitu berkisar dari 5% sampai 10%. Akar ini diperkirakan berasal dari tumbuhan baru yang baru tumbuh diatas tanaman lama yang sudah hancur.
Kandungan Air (M), kandungan air atau kelembaban berkaitan erat dengan kondisi muka air tanah. Gambut yang terdapat diatas muka air tanah biasanya mempunyai kelembaban sekitar 80% sampai 90%, sedangkan yang terdapat dibawah muka air tanah biasanya mempunyai kelembaban lebih besar dari 90%. Kondisi kandungan air tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca pada saat pengambilan contoh di lapangan.
Analisis Laboratorium.
Secara megaskopis, endapan gambut berwarna cokelat tua kehitaman, dengan derajat pembusukan di daerah tersebut relatip sedang sampai tinggi. Kandungan kayu dan akar dalam satu sekuen dari atas sampai ke bawah yaitu tidak homogen dan relatip sedikit. Kandungan air atau kelembaban cukup besar. Analisa kimia dan fisika contoh endapan gambut dilakukan secara komposit, adapun jenis pengerjaan analisis kimia dan fisika contoh gambut di laboratorium dengan parameternya yang akan diuji yaitu: Lembab Nisbi (LN), Lembab Jumlah (LJ), Persentasi Air Tertambat (M), Zat Terbang (VM), Karbon Tertambat (FC), Kandungan Abu (Ash), Sulfur Total (S), Bulk Density (BD), Nilai Kalori (CV) dan Keasaman (pH). Adapun contoh endapan gambut yang telah diuji di laboratorium yaitu berjumlah sebanyak 12 buah contoh, yang mana diperkirakan dapat mewakili daerah penyelidikan tersebut secara proporsional, yaitu yang diambil pada setiap perubahan interval ketebalan dari endapan gambut di lapangan, yang mana contoh gambut tersebut dicampur dari bagian atas sampai bawah secara komposit. Contoh gambut yang telah dianalisis di laboratorium adalah sesuai dengan daftar kode contoh dari lapangan sebagai berikut : BR-04, BR-08, BR-20, BR-28, BR-32, BR-40, BR-43, BR-45, BR-50, BR-55, BR-60, BR-68.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Endapan Gambut.
Pada Awal Kuarter adalah merupakan Zaman Es (Diluvium), sehingga terjadi penurunan muka air laut (regresi) yang menyebabkan erosi kuat di hulu-hulu sungai dan menghasilkan endapan batuan kasar seperti gravel dan kerikil yang disebut “Old alluvium” yang diendapkan di atas sedimen Tersier yang menjadi dasar cekungan gambut.
Setelah akhir dari fase regresi, yang berlangsung pada perioda “Wurm”, yaitu pada Akhir Plistosen sampai Awal Holosen, dengan mencairnya Zaman Es, maka permukaan air laut naik (transgresi) perlahan sampai sekarang. Peningkatan air laut tersebut dibarengi dengan Peningkatan suhu dan curah hujan di daerahKalimantan dan Sumatera, yang menyebabkan batuan di sepanjang Perbukitan Scwaner dan Meratus mengalami pelapukan kimia yang kuat dan menghasilkan endapan lempung halus pada garis pantai di Pesisir pantai barat dan selatan Kalimantan, sehingga garis pantai semakin maju kearah laut, selanjutnya terbentuklah tanggul-tanggul sungai, meander dan rawa-rawa yang segera ditumbuhi oleh tanaman rawa seperti nipah dan bakau yang kemudian disusul oleh tumbuhan hutan rawa. Lingkungan pengendapan yang tadinya Fluvial berubah menjadi Paralik, yang mana tumbuhan dan binatang air tawar mulai berkembang.
Tumbuhan yang telah mati, roboh dan sebagian besar terendam terawetkan dalam rawa-rawa, yang jenuh air dan tidak teroksidasi, selanjutnya dengan bantuan bakteri aerobic dan baketi anaerobic, tumbuhan tersebut terurai menjadi sisa-sisa tumbuhan yang lebih stabil, yang selanjutnya terproses menjadi endapan organic yang disebut gambut (peatification). Sifat dari endapan gambut ini adalah selalu jenuh air hingga 90% walaupun letaknya diatas permukaan laut, seperti yang terdapat pada daerah lokasi inventarisasi. Adapun endapan gambut yang terdapat di daerah ini disebut gambut naik (rise mire) atau disebut juga gambut Ombrothrop, yang berbentuk seperti kubah (dome). Berdasarkan data pengukuran dasar (bottom) endapan gambut di daerah tersebut, pada umumnya diatas permukaan laut, yang menunjukkan bahwa permukaan air laut di daerah tersebut turun kembali setelah terjadinya endapan gambut.
Potensi Endapan Gambut.
Potensi endapan gambut di daerah penyelidikan yaitu relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan lahan gambut yang ada di pesisir barat dan selatan Kalimantan lainnya, karena selain sebarannya sedikit dan tipis tipis, serta sering dibakar oleh penduduk, luas gambut hanya tinggal ribuan Hektar saja, adapun model dan bentuk geometri endapan gambut tersebut seperti kubah atau dome yang umumnya cembung kebawah. Gambut di daerah ini berwarna cokelat tua sampai kehitaman, tidak banyak mengandung serat kayu dan akar, tingkat pembusukannya relatip sedang sampai tinggi, oleh karena itu gambut di daerah ini dapat digunakan sebagai briket bahan bakar, maupun sebagai bahan baku media tanaman.
Berdasarkan hasil olah data di lapangan, maka data ketebalan endapan gambut dari 70 buah lokasi titik-titik bor, yang telah menghasilkan bentuk sebaran dan gambaran mengenai isopach endapan gambut yang berinterval 1 meter, dapat diketahui bahwa endapan gambut di daerah tersebut mempunyai model endapan yang berbentuk kubah ( dome ) yang mempunyai ketinggian bottom kubah sekitar 7 meter dan top kubah sampai 12 meter diatas muka air laut serta mempunyai ketebalan hingga lebih dari 5 meter ( Gambar 3 ), maka Sumberdaya Tereka endapan gambut yang tebalnya lebih besar dari 1 meter di daerah penyelidikan tersebut dapat dihitung.
Perhitungan tonase sumberdaya endapan gambut kering tersebut yaitu dalam bentuk perkalian Volume Gambut basah dengan besaran Bulk Density, sedangkan Volume Gambut basah diperoleh dari perkalian antara Luas antar Isopach sebaran gambut dikalikan dengan ketebalan rata-rata antar isopach tersebut. Luas daerah sebaran endapan gambut di Blok Barat yaitu sekitar 24.438.043m2 dan di Blok Timur sekitar 15.662.957m2 Sehingga luas sebaran endapan gambut seluruhnya yaitu sekitar 40.100.998m2 atau sekitar 4.010 Hektar. Maka hasil perhitungan Sumberdaya Tereka endapan gambut kering yaitu sekitar 9.582.683 Ton, dengan ketentuan bahwa besaran dari Bulk Density yaitu berkisar sekitar 0,12 sampai 0,14. Keterangan lain mengenai hasil perhitungan Sumberdaya Tereka endapan gambut di daerah penyelidikan tersebut dirangkum dan ditabulasikan seperti dalam tabel ( Tabel 3 )
Maka total sumberdaya Tereka endapan gambut di daerah penyelidikan yang mempunyai ketebalan antara 1 meter sampai lebih dari 5m yaitu sekitar 9.582.683 Ton gambut kering, dan mempunyai luas sebaran endapan gambut yang mempunyai ketebalan lebih dari 1 meter yaitu sekitar 4.010 Hektar.
Dari hasil analisis laboratorium telah diperoleh kesimpulan bahwa nilai kisaran analisis kimia dan fisika endapan gambut di daerah penyelidikan adalah sebagai berikut : 1. Lembab Nisbi berkisar dari 84,13 % sampai 99,36 %; 2. Lembab Jenuh berkisar dari 85,50 % sampai 99,42 %; 3. Moisture berkisar dari 8,64 % sampai 10,39 %; 4. Volatile Matter berkisar dari 48,26 % sampai 56,30 %; 5. Fixed Carbon berkisar dari 28,03 % sampai 32,31 %; 6. Ash (abu) berkisar dari 3,25 % sampai 15,07 %; 7. Total Sulphur berkisaran dari 0,85 % sampai 1,27 %; 8. Bulk Density berkisar dari 0,11 sampai 0,14; 9. Ph (keasaman) berkisar dari 3,0 sampai 3,5; 10. Calorific Value, berkisar 4254 sampai 5051 Cal/gr. ( Tabel 2 )
Prospek Pemanfaatan Gambut.
Prospek pemanfaatan dan pengembangan endapan gambut, mengingat sebaran lahan gambut yang relatif tidak luas di daerah ini, maka pemanfaatan lahan gambut tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok zona daerah berdasarkan ketebalannya, yaitu :
Kelompok pertama, daerah lahan gambut yang mempunjai ketebalan gambut kurang dari 1 meter, disarankan dapat digunakan sebagai lahan pemukiman penduduk dan persawahan, karena daerah ini sebagian besar terdiri dari endapan alluvial dan gambut tipis. Pembuatan bangunan di daerah ini akan lebih stabil bila dibandingkan dengan daerah lainnya, dan persawahan akan lebih baik karena mengandung nutrisi yang cukup.
Kelompok kedua, daerah lahan gambut yang mempunyai ketebalan gambut berkisar dari 1 meter hingga 2 meter, disarankan dapat digunakan sebagai lahan perkebunan, terutama tanaman keras seperti kelapa sawit, karet dan kayu-kayuan lainnya, karena akar tanaman keras tersebut masih bisa mencapai pada lapisan sedimen yang berada dibawah lapisan gambut bila sistem pengairannya baik.
Kelompok ketiga, daerah lahan gambut yang mempunyai ketebalan gambut lebih dari 2 meter dan posisinya berada diatas muka air laut, disarankan dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri, sebagai bahan baku energi industri yang berupa briket dan sebagainya, karena menurut hasil analisis megaskopis gambut di daerah ini adalah baik untuk bahan baku energi dan media tanaman, disarankan pula bila ketinggian gambut dibawah atau sama dengan permukaan air tanah, sebaiknya lahan gambut ini baik untuk konservasi alam guna menjaga ekosistem lingkungan air tanah dan sebagainya.
Kegunaan gambut yaitu dapat dimanfaatkan pada berbagai keperluan seperti bahan bakar dan bahan dasar industri. Sebagai bahan bakar bisa berupa sod peat dan milled peat, yang kemudian dapat dikembangkan lagi menjadi briquettes, pellets, gas dan lainnya. Bahan bakar ini dapat digunakan untuk industri seperti industri pembangkit tenaga listrik, semen, keramik, gelas atau dipakai untuk keperluan rumah tangga. Sebagai bahan dasar industri, gambut dapat menghasilkan bahan-bahan tertentu setelah mengalami proses tertentu pula, seperti untuk lumpur pemboran, pelarut plastik, karbon aktip yang berporosity tinggi, macam-macam gas, lilin, bahan penyerap (air, protein, sulfat dan pewarna), bila ditambah sodium sulfat dapat menyerap logam berat (Air raksa, Pb, Cd), dengan menambah unsur tertentu gambut dapat dipakai sebagai pupuk, dan serat-serat gambut dapat dipakai sebagai boart.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kenampakan megaskopis, endapan gambut di daerah ini berwarna cokelat tua kehitaman, dengan tingkat pembusukan sedang, H5 – H7 (hemic - safric), kandungan serat umumnya sekitar 10% sampai 15%, sedikit terdapat serat kayu dan akar, kadar kandungan air umumnya cukup tinggi. Ketebalan endapan gambut mencapai lebih dari 5 meter. Posisi dasar endapan gambut mencapai 7 meter diatas permukaan air laut, sedangkan posisi puncak kubah endapan gambut bisa mencapai 12 meter diatas muka air laut, dengan bentang alam umumnya pedataran dan di beberapa tempat bermorfologi sedikit berundulasi lemah.
2. Hasil analisis laboratorium digunakan untuk mengetahui mutu endapan gambut, yang secara tidak langsung akan berpengaruh pula dengan penentuan pemanfaatan dan penggunaan endapan gambut tersebut, yang antara lain mempunyai kadar abu rata – rata sekitar 5,35 %, total sulhpur rata – rata sekitar 0,97 % dan Calorific value rata - rata sekitar 4828 Cal/gr.
3. Sumberdaya Tereka endapan gambut yang mempunyai ketebalan lebih besar dari 1 meter di daerah penyelidikan tersebut yaitu sekitar 9.582.683 Ton gambut kering dengan Bulk Density sekitar 0,11 sampai 0,14. Luas sebaran lahan gambut yang ketebalannya lebih besar dari 1 meter yaitu sekitar 4.010 Hektar.
4. Potensi utama bahan galian yang terdapat di daerah, Kab Barito Kuala adalah endapan gambut, sebab selain ketebalan gambut hingga mencapai lebih besar dari 5 meter, yang penyebarannya menebal pada bagian tengah utara daerah penyelidikan, mempunyai bentuk geometri serta model endapan gambut yang menyerupai kubah atau dome, yang posisi umumnya terletak di atas permukaan air laut, sehingga sangat memungkinkan lahan gambut tersebut untuk dimanfaatkan / dikembangkan lebih lanjut.
Saran.
Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, bahwasanya eksploitasi endapan gambut disarankan hanya pada daerah-daerah lahan gambut yang ketebalannya di atas 2 meter dan yang posisinya diatas permukaan air laut, dengan mempertimbangkan ekosistem air tanah dan hidrologi yang harus tetap terjaga.
Lahan yang telah rusak karena tebal gambut yang umumnya kurang dari 1 meter habis dibakar, maka harus direvitalisasi agar dapat difungsikan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson, J.A.R., 1964. The Structure And Development Of The Peat Swamps Of Serawak And Brunei. Journal of Tropical Geography. vol. 18, 1964.
2. Diemont, W.H., and Supardi, 1986: Genesis of Indonesia Lowland Peats and
Possibilities for Development. Symposium
and exhibition lowland development in
Indonesia, Jakarta. University of Illinois.
3. Euroconsult, (1984) : Preliminary Assestment of Peat Development Potential.
Final Report., Euroconsult, Ahrnem, The Netherland.
4. Geyh, H.R., Kudras Streif, H., (1974): Global changes in post Glacial Sea Level.
A Memorial Calculation Quartenary Research P.264-287.
5. James C. Cobb and C. Blaine Cecil.,
1993, Modern and Ancient Coal Forming
Environments; The Geological Society of
America, Special Paper 286.
6. Keller G.H., Richards A Drian F.,1967;
Sediments of the Malacca strait, Southeast
Asia, Department of Geology, University of
Illinois, Urbana, Illinois.
7. N. Sikumbang dan R Heryanto., (1994), Peta Geologi Lembar Amuntai Kalimantan Selatan, P3G Bandung.
8. Shell International, (1983) : Utilization of Indonesian Peat for Power Generation. Shell International Petroleum, London.
9. Truman Wijaya, (2001), Penyelidikan
Pendahuluan Endapan Gambut Daerah
Muara Pulau dan Sekitarnya, Kalimantan
Selatan, Dit Inventarisasi Sumberdaya
Mineral, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman