Kabupaten Tapin adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantau. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.700,82 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 167.796 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Wilayah administratif Kabupaten Tapin mencakup wilayah seluas 2.700,82 km2 yang terdiri dari 12 wilayah kecamatan. Dari data statistik yang ada, pada umumnya masing-masing kecamatan di Tapin memiliki luas wilayah yang hampir merata, kecuali kecamatan Tapin Utara yang memiliki luas wilayah relatif kecil dari kecamatan lainnya. Kecamatan dengan luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Candi Laras Utara dengan luas wilayah 730,48 km2 atau sebesar 27,04% dari keseluruhan luas Kabupaten Tapin, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Tapin Utara dengan luas wilayah 71,49 km2 atau sebesar 2,65% dari keseluruhan luas Kabupaten Tapin.
Apabila dilihat dari letak ketinggiannya dari permukaan laut diketahui bahwa kebanyakan luas daerah di Kabupaten Tapin berada pada kelas ketinggian 0-7 m dari permukaan laut, yakni sebesar 67,34% luas wilayah. Sedangkan luas wilayah dengan ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut hanya berkisar 1,21% luas wilayah. Jika dilihat dari kelas kemiringannya, Kabupaten Tapin merupakan daerah yang landai dengan kemiringan 0-2% yang meliputi 82,93% dari luas daerah di Kabupaten Tapin, sedangkan pada kelas kemiringan antara 2,1-8% hanya meliputi 0,62% dari luas wilayah Kabupaten Tapin.
Secara geologis Kabupaten Tapin terdiri dari tanah dataran tinggi dan pegunungan yang memanjang dari arah Timur ke Selatan. Dari arah Utara ke Barat kebanyakan terdapat dataran rendah (rawa). Jenis batuan utama di wilayah Tapin berupa batuan berumur quarter. Wilayah yang mempunyai jenis batuan ini hampir di seluruh wilayah yaitu sekitar 80,01% dari luas wilayah. Selain jenis batuan berumur quarter, sebagian kecil wilayah Tapin mempunyai batuan berumur mezoikum. Wilayah dengan batuan ini berada di Kecamatan Binuang dan Piani.
Sebagian besar wilayah Tapin terletak pada ketinggian kurang dari 500 m dpl. Kondisi ini memberikan implikasi bahwa faktor ketinggian tempat bukan merupakan kendala dalam usaha mengembangkan wilayah ini di sektor pertanian. Wilayah yang ketinggiannya lebih dari 500 m dpl hanya terdapat disebagian kecil Kecamatan Piani.
Tekstur tanah di Kabupaten Tapin sebagian besar adalah sedang yaitu 88,23%. Pada tanah ini cocok untuk budidaya perkebunan. Sedangkan sebesar 11,33% bertekstur halus. Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Tapin sebagian besar bertekstur sedang. Artinya komponen pasir, debu dan liat (clay) mempunyai komposisi seimbang. Wilayah dengan tanah bertekstur sedang di wilayah Kabupaten Tapin seluas 191.891 Hektar. Wilayah dengan tekstur kasar atau komponen pasir yang dominan dalam satuan tanah hanya seluas 0,45% dari total luas wilayah Kabupaten Tapin ( Bappeda Tapin-Bakosurtanal 2003).
Sebagian besar wilayah Tapin kondisinya tergenang baik secara terus menerus atau secara periodik. Kondisi ini memerlukan perbaikan drinase agar wilayah ini dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Keadaan air suatu daerah aliran sungai dipengaruhi oleh unsur-unsur hidrologi yaitu aliran sungai, curah hujan, rawa, danau dan lain-lain yang dapat mempengaruhi neraca air suatu daerah aliran sungai. Daerah aliran sungai yang paling luas di Tapin adalah DAS Tapin sebesar 131.134 ha sedangkan DAS paling sempit adalah DAS Mangkauk sebesar 5.450 ha.
Berdasarkan peta satuan lahan digital yang dibuat Puslittanak Bogor juga diketahui terdapat 28 satuan peta tanah. Klasifikasi jenis tanah masih dalam satuan asosiasi dan kompleks. Dari peta tersebut diketahui bahwa jenis tanah yang paling banyak terdapat di Kabupaten Tapin adalah Endoaquept yaitu seluas 45.436,90 atau sekitar 20,87% Tanah terluas kedua Haplosaprit yaitu seluas 43.752,4 ha atau 20,09% dan jenis-jenis lain dalam jumlah lebih kecil seperti Dystrudept, Halodux, Kandiudox dan Oxisol lain Secara lengkap tentang satuan peta tanah ini lihat Lampiran 1 legenda peta satuan lahan Kabupaten Tapin.
Kondisi kedalaman efektif tanah (effective deep soil) di Kabupaten Tapin tidak terlalu bervariasi. Kedalaman efektif tanah di sebagian besar wilayah Kabupaten Tapin lebih dari 90 cm yaitu seluas 186.842 hektar atau setara dengan 86 % dari total luas wilayah Kabupaten Tapin. Sedangkan kedalaman efektif tanah sekitar 30 – 60 cm terdapat di sebagian kecil Kecamatan Bungur, Lokpaikat dan Tapin Selatan. Luas wilayah dengan kedalaman efektif tanah 30 – 60 cm ini sekitar 4.700 hektar atau setara dengan 2 % dari total luas wilayah Kabupaten Tapin (Bappeda Tapin-Bakosurtanal, 2003).
Wilayah Tapin didominasi oleh lahan dengan kemiringan lahan antara 0 – 2% kecuali di Kecamatan Piani ada terdapat kemiringan yang > 40% . Dari peta lereng digital yang dibuat oleh Bakosurtanal diketahui secara umum wilayah Kabupaten Tapin relatif datar yaitu berkisar antara 0-2%. Daerah dengan kemiringan lereng 0-2% ini seluas 180.376 ha atau 83% dari total luas wilayah Tapin. Secara lengkap disajikan pada tabel berikut ini.
Wilayah dengan kondisi relatif datar ini terdapat di Kecamatan Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Tapin Selatan dan Binuang. Kota Rantau sebagai ibukota Kabupaten Tapin mempunyai kemiringan lereng yang relatif datar. Wilayah dengan tingkat kemiringan lereng terjal sampai curam terdapat di bagian timur wilayah Tapin yaitu di Kecamatan Piani, Kecamatan Bungur, Kecamatan Tapin Selatan Bagian Timur dan Kecamatan Binuang bagian Timur. Desa-desa yang berada pada kemiringan lereng terjal di Kecamatan Piani meliputi Desa Balawaian, Danau Darah, Batung, Harakit, Mancabung, Pipitak Jaya serta Sambung Makmur.
Berdasarkan peta landform yang dibuat oleh Bakosurtanal diperoleh 4 kelas bentuk lahan utama di Kabupaten Tapin yaitu Fluvial, Denudasional, Struktural dan Karst. Sebagian besar wilayah Tapin merupakan wilayah yang lahannya dibentuk oleh proses air atau fluvial. Wilayah fluvial ini seluas 164,707,05 ha atau 75%, sedangkan bentuk lahan asal struktural seluas 35,137,5 ha atau 16% dan wilayah bentuk asal denudasional seluas 5% dan sisanya 4% bentuk karst (Bakosurtanal, 2004).
Bentuk lahan struktural terdapat di bagian timur wilayah Tapin. Bentukan struktural terluas berupa bentuk lahan sayap antiklinal serta gugusan perbukitan sinklinal dan antiklinal. Kedua bentuk lahan terdapat di Kecamatan Binuang, Piani dan Kecamatan Bungur. Bentuk lahan asal struktural yang lain adalah perbukitan dengan alur-alur memanjang, berombak sampai bergelombang serta perbukitan atau pegunungan memanjang diselingi lembah-lembah dengan system drainase yang terkontrol oleh perlapisan, retakan, patahan atau schistositas.
Bentuk lahan asal denudasional juga merupakan bentuk lahan penting yang ada di Tapin. Bentuk lahan ini mengindikasikan intensitas dan lokasi terjadinya erosi di wilayah Tapin. Bentuk lahan asal denudasional berupa perbukitan terkikis dengan erosi sedang sampai berat bentuk lahan perbukitan/pegunungan terkikis. Kedua bentuk lahan ini terdapat di wilayah paling timur yaitu Kecamatan Piani. Dengan kondisi ini Kecamatan Piani harus mendapatkan perhatian yang memadai untuk mewaspadai erosi yang mungkin terjadi. Luas masing-masing bentuk lahan lihat selengkapnya pada tabel
Dari peta satuan lahan digital yang dibuat Puslittanak Bogor maka tanah di Kabupaten Tapin dapat diklasifikasikan kedalam 6 ordo tanah yaitu Histosol, Inceptisol, Oxisol, Ultisol, Entisol dan Spodosol. Menurut Hardjowigeno (1985) : Histosol merupakan tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (tekstur pasir) atau lebih 30% (tekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tersebut tebalnya 40 cm atau lebih. Tanah ini sehari-hari disebut tanah gambut, tanah organik atau organosol. Jenis tanah dalam ordo ini yang terdapat di Tapin adalah Haplohemist, Haplosaprist dan sulfisaprits.
Inceptisol merupakan tanah muda tetapi sudah menunjukkan adanya perkembangan dengan susunan horison A-Bw-C pada lahan kering dengan drainase baik, atau susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai macam bahan induk aluvium dan koluvium. Penampang tanah pada lahan kering berbukit mempunyai solum sedang sampai dangkal, berwarna coklat kemerahan sampai coklat, tekstur lempung berliat sampai liat, pada lahan basah solum dalam, dan struktur cukup baik, konsistensi teguh, reaksi tanah netral. Jenis tanah yang masuk dalam ordo ini yang terdapat di Tapin adalah Endoaquepts (sulfic), Dystrudept, Sulfaquept dan Eutrudept (lithic),
Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit (10%). Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation rendah dan banyak mengandung oksida-oksida besi dan Al. Dilapangan tanah ini tidak menunjukan batas horison yang jelas. Tanah ini didahulu disebut Latosol (umumnya Latosol merah atau merah kekuningan, Lateritik atau juga Podzolik Merah Kuning. Jenis tanah yang masuk dalam ordo ini yang terdapat di Tapin adalah Acrudox, Hapludox, Eutrodox, dan Kandiudox (skeletal).
Ultisol merupakan tanah dimana terjadi penimbunan liat dihorison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa kurang dari 35%. Tanah ini dahulu disebut juga tanah Podzolik Merah Kuning, terkadang juga termasuk tanah Latosol dan Hidromof kelabu. Jenis tanah yang masuk dalam ordo ini yang terdapat di Tapin adalah Epiaqult, Kanhapludult, Hapludult dan Kandiudult .
Entisol merupakan tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dari perkembangan. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik (Ent dari kata recent = baru) dulu tanah ini disebut Alluvial atau Regosol. Jenis tanah yang masuk dalam ordo ini yang terdapat di Tapin adalah Sulfaquent, Udifluvent dan endoaquent (sulfic). Spodosol adalah tanah dimana di horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al oksida dan humus (horison spodik) sedang dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albik). Tanah ini dulu disebut Podzol. Jenis tanah yang masuk dalam ordo ini yang terdapat di Tapin adalah Endoaquods
Tidak ada komentar:
Posting Komentar