Kamis, Desember 15, 2011

Tanah Mineral Masam

Tanah mineral dalam taksonomi berarti tanah yang mengandung material tanah berasal dari mineral berdiameter lebih halus dari 2,0 mm yang menyusun lebih dari setengah sampai kedalaman tanah 80 cm, mengandung bahan organik lebih rendah dari 20%, ketebalan material organik tanah kurang dari 40 cm apabila telah terdekomposisi sampai tingkat hemik dan saprik dengan bobot isi sama dengan 1 g cm-3 atau lebih besar, atau dengan ketebalan material organik tanah kurang dari 60 cm dan belum banyak mengalami dekomposisi sehingga masih banyak mengandung serat atau tidak dekomposisi fibrik, atau bobot isi lebih rendah dari 1 g cm-3. Tanah-tanah yang memiliki ketebalan solum sampai 40 cm dapat juga dimasukkan dalam pengertian tanah mineral, tetapi keberlanjutan agroekosistem pada tanah ini akan menuai banyak kendala terutama pada wilayah kering berkelerengan tinggi.
Dalam klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pangan, tanah berketebalan solum kurang dari 40 cm sudah termasuk kelas sesuai marjinal atau S-3, dan tidak dapat ditingkatkan kesesuaiannya walau dengan masukan apapun. Pengelolaannya untuk agroekosistem memerlukan masukan tinggi, dan apabila tidak diberi masukan, tanah ini akan mudah mengalami degradasi. Pada ketebalan tanah seperti ini, untuk tanaman tahunan sudah tidak dapat lagi diusahakan untuk pertanian, karena termasuk kelas kesesuaian lahan dengan kedalaman efektif tidak sesuai permanen atau N-2, dan peruntukannya hanya untuk kawasan konservasi.
Tanah mineral masam dalam pengertian sempit yang didasarkan pada taksonomi kelas reaksi tanah yaitu masam (acid) tanah mineral yang memiliki pH lebih kecil dari 5.0 (0.01 M CaCl2; 2:1) pada seluruh lapisan kontrol (control section) atau sekitar pH 5.5 (H2O; 1:1). Bila pH (H2O; 1:1) <>200 mm bulan-1 dan karena didukung pula oleh temperatur yang tinggi maka proses pelapukan berjalan lebih cepat bila dibandingkan dengan daerah-daerah beriklim kering. Tingginya curah hujan tersebut telah menyebabkan hilangnya hara dari daerah perakaran melalui pencucian sehingga menimbulkan terbentuknya tanah mineral masam.
Proses pembentukan tanah mineral masam menurut Notohadiprawiro (1986) berasal dari proses pelapukan yang sangat intensif karena berlangsung pada daerah tropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi. Kendala sifat dari tanah mineral masam untuk pengembangan agroekosistem meliputi kendala kimia, fisik, dan biologi tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman