Kendala kimia yang utama pada tanah mineral masam, yaitu;
• pH tanah yang rendah, dan berimplikasi terhadap karakteristik kimia tanah yang lain seperti kelarutan Al, Fe, dan Mn yang tinggi, ketersediaan P, Mo yang rendah.
• Ketersediaan kation-kation basa dan kejenuhan basa yang rendah. Pencucian basa-basa yang berlangsung sangat intensif pada rezim suhu mesik, isomesik mengakibatkan tanah bersifat masam dan miskin hara. Bahan induk terbentuknya tanah mineral masam adalah bahan induk yang sudah tua yaitu batuan liat (clay stone) atau batuan vulkanik masam, dan mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit dan gibsit (Hardjowigeno, 1993). Tanah mineral masam ini kebanyakan telah kehilangan mineral primernya dan memiliki mineral kaolinit, dan oksida besi dan aluminium yang lebih dominan.
• Dominasi mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan aluminium yang merupakan mineral low activity clay menyebabkan tanah ini memiliki kapasitas tukar kation yang rendah.
• Tingginya kandungan mineral-mineral tersebut apabila terlarut menyebabkan kejenuhan kation didominasi oleh kejenuhan asam dan kation-kation tersebut pada konsentrasi tertentu akan bersifat toksik bagi tanaman, serta anion-anion akan mudah terfiksasi menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
• Rendahnya kandungan fosfat dan tingginya retensi fosfat dan molibdat karena kelarutan Al dan Fe menyebabkan fosfat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman.
• Muatan permukaan pada tanah mineral masam umumnya didominasi oleh muatan berubah (pH dependent charge), dimana daya sangga tanah menjadi tinggi sehingga aplikasi pengapuran dan pemupukan memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Tanah mineral masam memiliki kendala fisik, antara lain;
Pertama, kandungan bahan organik yang rendah yaitu sekitar 2% bahkan banyak tanah yang telah diusahakan untuk pertanian lebih rendah lagi. Daerah tropika yang lembab dan temperatur yang tinggi merangsang aktivitas mikroorganisme untuk melakukan dekomposisi bahan organik tanah.
Kedua, rendahnya kandungan bahan organik tanah ini menyebabkan stabilitas agregat yang rendah sehingga tanah akan mudah mengalami erosi.
Ketiga, rendahnya kandungan bahan organik ini juga mempengaruhi daya simpan air dimana daya simpan air pada tanah ini sangat rendah.
Keempat, secara fisiografis tanah umumnya tanah mineral masam terletak pada wilayah yang berlereng, sehingga dengan curah hujan yang tinggi pada tanah berlereng, tanah tersebut akan mudah mengalami erosi.
Produktivitas tanah turun karena kombinasi kahat unsur hara, degradasi fisik tanah dan hilangnya bahan organik karena adanya proses dekomposisi bahan organik dipercepat dan hilangnya bahan organik oleh adanya erosi. Erosi yang menghilangkan lapisan tanah atas yang subur, dan meninggalkan lapisan tanah bawah yang mengandung Al tinggi dan bersifat toksik sebagai lapisan olah tanah untuk media tanaman. Penurunan kesuburan tanah ini memberikan peluang yang lebih besar bagi alang-alang (Imperata cylindrica) untuk mendominasi lahan.
Kendala biologi pada tanah mineral masam bermula dari rendahnya pH tanah dan kandungan bahan organik tanah. Secara umum aktivitas mikroorganisme tanah berada pada kisaran pH netral, kecuali fungi dan beberapa bakteri. Beberapa bakteri dapat berkembang pada pH ekstrim 2 – 5 seperti Thiobacillus ferrooxidans dan Thiobacillus thiooxidans yang mendapatkan energi dari oksidasi senyawa besi dan sulfur. Kebanyakan bakteri akan berkembang secara optimum pada pH netral, seperti bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan tanaman legum akan aktif membentuk bintil akar dan mengfiksasi N dari udara pada kisaran pH 6.5 sampai 7.0.
Bakteri dekomposer dan nitrifikasi seperti Nitrobacter dan Nitrosomonas akan aktif melakukan dekomposisi bahan organik pada pH tanah yang netral. Kandungan bahan organik tanah sangat mempengaruhi aktivitas cacing tanah. Bahan organik adalah sumber makanan dan energi bagi aktivitas cacing tanah, dan efek samping dari aktivitas cacing tanah seperti pembuatan lubang tanah, sekresi yang mengeluarkan asam organik dan meningkat ketersediaan hara serta mengeluarkan zat atau hormon pengatur tumbuh. Dengan demikian pemeliharaan bahan organik tanah sangat menentukan dinamika keberlanjutan agroekosistem pada lahan mineral masam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar