Ilmu tanah bermula dari sekumpulan pengalaman sederhana dalam lingkungan masyarakat pedesaan yang serba sederhana pula. Kemudian dia beruntung dipungut dan dipelihara dalam lingkungan elit ilmu pengetahuan yang serba angker dan berwibawa di kota-kota agung Berlin, Paris, London dan Moskwa. Akhirnya ilmu tanah menemukan jatidirinya di alam luas berupa hutan belantara, padang rumput, gurun, rawa, pegunungan tinggi bersalju dan lembah ngarai berair bah. Berbekal kecendekiaan elit, ilmu tanah kembali berbaur dengan masyarakat bawah.
Terbawa dari sejarah pertumbuhannya, secara tradisional ilmu tanah terikat erat pada budidaya tanaman dan ternak. Sampai sekarang pun ilmu tanah menjadi salah satu mata ajaran pokok dalam kurikulum pertanian. Selama tanaman dibudidayakan pada tanah, selama itu pula pertanian memerlukan ilmu tanah. Karena ilmu tanah selalu diasosiasikan dengan pertumbuhan tanaman maka secara tradisional bidang kesuburan tanah menjadi bagian ilmu tanah terpenting dari segi kehidupan masyarakat. Bahkan dalam pengertian orang awam, ilmu tanah adalah ilmu kesuburan tanah. Bagian ilmu tanah yang lain, yang bersifat "murni" seperti fisika tanah, kimia tanah, mineralogi tanah, biologi tanah dan genesis serta klasifikasi tanah, tidak banyak dikenal orang. Orang pada umumnya beranggapan ilmu tanah adalah bagian dari ilmu pertanian. Ilmu tanah hanya perlu bagi petani dan kegiatan yang melibatkan tanaman. Akibatnya, ilmu tanah memperoleh ruang cerapan yang sempit. Cerapan tradisional ini masih melekat pada banyak pihak penggaris kebijakan dan pengambil keputusan.
sumber : Tejoyuwono Notohadiprawiro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar