Rabu, Desember 07, 2011

Konseptualisasi Ilmu Tanah

Agar mampu melayani kepentingan berbagai kalangan, ilmu tanah perlu mencari paradigma baru. Dengan pembaharuan paradigma, ilmu tanah tidak lagi semata-mata menjadi bagian ilmu-ilmu pertanian. Pelayanannya kepada ilmu- ilmu pertanian hanyalah salah satu tugasnya. Ilmu tanah menjadi bagian ilmu- ilmu kebumian (earth sciences) bersama dengan geofisika, geomorfologi, stratigrafi, paleontologi, mineralogi, petrologi, sedimentologi, volkanologi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, hidrografi, dan oseanografi.

Ada tiga faktor yang menyebabkan ilmu tanah berkembang pesat sejak kira- kira pertengahan abad ke-20 ini, baik dalam hal hakekatnya sebagai ilmu maupun dalam hal kegunaannya bagi masyarakat luas. Faktor pertama ialah masukan hukum, teori dan tata kerja (termasuk peralatan) ilmu-ilmu dasar secara efektif, seperti fisika, ilmu kimia, biologi dan matematika. Faktor kedua ialah pengakuan universal hakekat tanah sebagai sumber daya alam terbarukan. Faktor ketiga adalah kemajuan yang sangat berarti dalam klasifikasi tanah, penghimpunan informasi tentang tanah sebagai bagian dari sistem informasi geografi (SIG), dan pemetaan tanah dengan teknik penginderaan jauh.

Peranan faktor pertama sangat berarti yang menyebabkan ilmu tanah memperoleh kesanggupan besar menelaah secara mendalam berbagai persoalan tanah dan yang berkaitan dengan tanah. Salah satu penemuan yang menonjol ialah bahwa kebanyakan tanah tropika menghendaki asas pengelolaan yang berbeda dengan yang dikembangkan berdasarkan teori dan pengalaman yang diperoleh di kawasan iklim sedang. Kebanyakan tanah tropika dirajai oleh mineral lempung bermuatan rendah, karena itu beraktivitas rendah (low activity clay, LAC), dan bermuatan terubahkan (variable charge), yang tingkat dan tanda muatannya bergantung pada pH. Tanah kawasan iklim sedang tersusun atas lempung bermuatan sedang sampai tinggi dan tetap (permanent charge). Konsekuensi dalam pengelolaan tanah antara lain pengapuran yang menjadi salah satu teknologi unggulan memperbaiki produktivitas tanah-tanah masam di negara beriklim sedang tidak dapat diterapkan begitu saja di negara beriklim tropika. Matematika mencermatkan daya kerja ilmu tanah, termasuk perancangan klasifikasi dan sistem informasi tanah serta pelaksanaan pemetaan tanah (de Gruijter, 1977; Webster, 1979). Kemajuan dalam ilmu tanah meningkatkan kesanggupannya melayani masyarakat dengan informasi yang lebih terandalkan.

sumber : Tejoyuwono Notohadiprawiro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman