Kamis, Desember 15, 2011

KENDALA KESUBURAN TANAH GAMBUT

Sifat Fisika
Tanah-tanah gambut mempunyai berat per satuan volume (BV) yang rendah, yakni 0,1 sampai sekitar 0,3 g.cm-3 (Radjagukguk, 1983; Vijarnsorn, 1996; Notohadiprawiro, 1997). Berat volume yang relatif tinggi dijumpai di bagian tepi kubah karena adanya percampuran lempung. Porositas tanah gambut relatif tinggi, yakni 80 - 95 %, daya hantar lengas horizontalnya tinggi tetapi ke arah vertikal rendah. Tanah gambut mempunyai daya ikat lengas yang sangat tinggi (> 100 % atas dasar bobot) tetapi bersifat menolak air (hidrofob) apabila terlalu kering.
Setelah drainase dan pembukaan lahan gambut, umumnya terjadi subsidensi yang relatif cepat yang berakibat menurunnya permukaan tanah. Subsidensi dan dekomposisi bahan organik dapat menimbulkan masalah apabila bahan mineral di bawah lapis gambut terdiri dari lempung pirit (FeS2) atau pasir kwarsa. Berat volume yang rendah menghasilkan daya topang yang rendah sehingga pengolahan tanah untuk padi sawah sulit dilakukan secara mekanis, demikian juga penggunaan tenaga hewan. Disamping itu, tanaman padi sawah rentan terhadap kerebahan (lodging), dan apabila pencabutan gulma dilakukan secara manual, tanaman padi muda ikut tercabut.

Sifat Kimia
Tanah gambut ombrogen mempunyai pH yang rendah yang berkisar antara 3 - 5, dan menurun bersama jeluk.. Dijumpainya pH yang relatif tinggi (sekitar 5) adalah akibat seringnya dilakukan pembakaran seresah di atas tanah. Tanah gambut yang digenangi untuk budidaya padi sawah akan meningkat pH-nya. Ketersediaan unsur-unsur hara terutama hara makro N, P dan K dan sejumlah hara mikro dalam tanah gambut rendah sampai sangat rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah gambut relatif tinggi (115 - 270 me.%), tetapi relatif rendah bila dihitung atas dasar volume tanah di lapangan. Kejenuhan basa tanah gambut relatif rendah, yakni 5,4 - 13,6 % sedangkan nisbah C/N relatif tinggi yakni berkisar antara 24,0 - 33,4 (Suhardjo dan Widjaja-Adhi, 1976).
Leiwakabessy dan Wahjudin (1979) menunjukkan adanya hubungan erat antara ketebalan gambut dan produksi gabah padi sawah. Pada percobaan pot dengan tanah gambut yang diambil dari lapis olah (0 - 20 cm), diperoleh hasil gabah padi (ditanam secara sawah) yang sangat rendah apabila ketebalan gambut > 60 cm, dan paling tinggi apabila ketebalan gambut 30-60 cm (Tabel 10.2). Ditunjukkan pula bahwa ada kesamaan antara pola perubahan kejenuhan Ca, kejenuhan Mg, pH dan kandungan abu bersama ketebalan gambut dengan pola perubahan tingkat hasil gabah sehingga disimpulkan bahwa kemasaman tanah dan pasokan Ca yang rendah serta kandungan abu yang rendah merupakan faktor-faktor pembatas utama pertumbuhan padi sawah pada tanah gambut tebal. Pengaruh faktor-faktor tersebut diyakini berkaitan dengan keharaan karena pemberian hara lengkap cenderung mengatasi ”pengaruh” ketebalan gambut terhadap hasil gabah. Hubungan antara hasil gabah dan ketebalan gambut pada percobaan pot tersebut ternyata dikukuhkan oleh pengamatan lapangan.

Tabel Produksi padi sawah pada berbagai ketebalan tanah gambut.


Ketebalan tanah gambut (cm) Hasil gabah (ton/ha)

0 - 10 1,6 - 2,4
10 - 30 2,4 - 3,2
30 - 60 3,2 - 4,4
60 - 100 0,8 - 1,6

Sumber: Leiwakabessy dan Wahjudin (1979).

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa kegagalan tanaman padi sawah pada tanah gambut tebal diakibatkan oleh kehampaan gabah (empty heads) yang diduga kuat disebabkan oleh kekahatan Cu (Driessen dan Suhardjo, 1979). Memang sudah lama diketahui bahwa kandungan bahan organik tanah yang relatif tinggi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan padi sawah, meskipun ada segi positifnya, yakni KTK yang tinggi. Tanah gambut, khususnya, mempunyai daya semat Cu yang tinggi karena tingginya kandungan substansi-substansi organiknya (Tummavuori dan Aho, 1980; Sudirman, 1989).
Kandungan N-total tanah gambut umumnya tinggi, tetapi N tersebut hanya akan menjadi tersedia setelah drainase dan mineralisasi. Pada tanah organik umumnya, unsur-unsur hara P, K, Cu, Zn dan Mo juga kahat. Adanya kekahatan ganda tersebut diduga kuat merupakan salah satu penyebab tingginya serangan penyakit blast (Pyricularia oryzae) dan brown spot (Helmintosporium sp.) pada tanah-tanah tersebut (Ikehashi dan Ponnamperuma cit. Moormann dan Breemen, 1978).
Pada tanah sawah dengan kandungan bahan organik tinggi, asam-asam organik berpengaruh menghambat pertumbuhan, terutama akar, yang mengakibatkan rendahnya produktivitas dan bahkan kegagalan panen (Takijima cit. Moormann dan Breemen, 1978). Kesimpulan ini didukung oleh pengamatan bahwa air drainase dari lahan gambut mengakibatkan sangat terhambatnya pertumbuhan padi pada lahan sawah sekitarnya. Kandungan bahan organik yang tinggi juga menyebabkan tingginya produksi CO2 dan H2S yang dapat berpengaruh meracun terhadap akar tanaman. Bikarbonat yang dihasilkan oleh tingginya produksi CO2 akan menghambat penyerapan hara mikro, terutama Zn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman