Kamis, Desember 15, 2011

Pemupukan Berimbang Untuk Mengoptimalkan Hasil Budidaya

Pemupukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Pupuk sendiri sebetulnya berupa zat yang ditambahkan pada tanah supaya unsur haranya dapat terpenuhi. Dengan begitu, tanah menjadi lebih produktif dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan akar dengan baik.
Pertanian dan perkebunan dewasa ini cukup bergantung pada pemanfaatan pupuk. Komoditas keduanya diharapkan mampu bersaing di tengah derasnya produk-produk pangan impor yang masuk dan mulai dilirik konsumen dalam negeri karena memang secara kasat mata bentuknya lebih menarik dengan warna yang segar seperti cabai, kedelai dan beras.
Pemupukan perlu dilakukan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara, sifat-sifat tanah, dan pengelolaan oleh petani. Kelebihan pemberian pupuk selain merupakan pemborosan, juga mengganggu keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah.
Pupuk diberikan untuk mencapai tingkat ketersediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna :
(a) meningkatkan produktivitas dan mutu hasil tanaman,
(b) meningkatkan efisiensi pemupukan,
(c) meningkatkan kesuburan tanah, dan
(d) menghindari pencemaran lingkungan.
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, antara lain : jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan.
Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai melalui pendekatan teknologi yang tepat antara lain dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang spesifik lokasi.
Pemberian pupuk berimbang dalam kajian ini bukan berarti memberikan pupuk N, P dan K dalam jumlah seimbang untuk tanaman. Yang dimaksud pemupukan berimbang dalam kajian ini adalah pemberian pupuk N, P dan K disesuaikan dengan target hasil yang ingin dicapai.
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen dalam tanah berasal dari Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar, Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, Pupuk dan Air Hujan
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3.
Kebutuhan tanaman akan hara P dapat dipenuhi dariberbagai sumber antara lain TSP, SP-36, DAP, P-alam, NPK yang pada umumnya diberikan sekaligus pada awal tanam. Agar pupuk yang diberikan efisien, pupuk P harus diberikan dengan cara, waktu,serta takaran yang tepat jumlah dan jenisnya.
Pupuk SP-36 diberikan satu kali sebagai pupuk dasar sesuai dengan status hara P dalam tanah yang telah diuji menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan disesuaikan dengan target hasil yang ingin dicapai.
Efisiensi pupuk P pada tanah tropika sangat rendah yaitu hanya sekitar 10 - 15% P yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang diberikan, dan sisanya difiksasi oleh Al dan Fe. Usaha untuk mengurangi fiksasi P ini adalah dengan penambahan bahan organik, pengapuran, penggunaan jenis pupuk yang melepaskan P secara lambat seperti pupuk alami P. Pemberian kapur juga ditujukan untuk mensuplai kebutuhan hara Ca dan Mg yang ketersediaannya rendah tanah tropika. Pengaruh pengapuran, pemupukan P dan Mo. Cara pemberian kapur ke dalam tanah sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengapuran. Pemberian kapur secara larikan sangat efektif dibanding dengan cara disebar, dan pada lahan kering daerah tropik yang banyak hujan, kapur yang diberikan secara disebar di permukaan tanah akan cepat hilang karena terbawa aliran permukaan.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak), proses pengangkutan hara, pernafasan, danfotosintesis terganggu, yang pada akhirnya mengurangi produksi. Defisiensi unsur Kalium disebabkan oleh Pemupukan K kurang, jerami yang terangkut saat panen tidak dikembalikan ke lahan sawah, sumbangan K dari air irigasi rendah, efisiensi pemupukan K rendah karena fiksasi K oleh mineral liat atau tanah berpasir sehingga K tercuci kelapisan bawah karena K sangat mobil, serta keadaan lingkungan perakaran yang sangat reduktif, dan ratio Ca/K atau Mg/K yang tinggi dalam larutan tanah, sehingga Ca atau Mg menekan serapan K. Efisiensi pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan cara pemberian 2-3 kali selama pertumbuhan tanaman.
Pengembalian K dalam bentuk pupuk untuk mengganti K yang hilang akibat terangkut tanaman dan tercuci tidak selalu benar karena cadangan K dalam tanah cukup tinggi. Penambahan pupuk K dilakukan bila bentuk K yang lambat tersedia tidak terdapat dalam jumlah yang cukup.
Penggunaan bahan organik, baik berupa kompos dari jerami padi maupun pupuk kandang, sangat besar peranannya dalam meningkatkan efisiensi pemupukan. Karena itu, rekomendasi pemupukan disusun berdasarkan ada tidaknya pemberian kompos dari jerami atau pupuk kandang, sehingga rekomendasi pemupukan N, P, dan K per hektar dibagi atas :
1) takaran tanpa bahan organik,
2) takaran dengan penggunaan kompos jerami setara 5 ton jerami segar, dan
3) takaran dengan penggunaan 2 ton pupuk kandang.
Pupuk organik ataupun bahan organik banyak mengandung unsur karbon (C) dalam bahan tersebut. Unsur karbon tersebut digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai sumber energi untuk perkembang biakannya. Dengan adanya mikroorganisme di dalam tanah maka proses perombakan bahan organik menjadi lebih intensif. Hasil perombakan tersebut dilepaskan berbagai hara yang dapat dimanfaatkan tanaman
. Kelemahan pupuk anorganik antara lain dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah seperti tanah menjadi lebih keras dan pH tanah menjadi lebih masam namun kelebihannya mempunyai kandungan hara yang tinggi dan segera tersedia bagi tanaman. Sementara itu kekurangan pupuk organik seperti kandungan hara yang rendah dan tidak segera tersedia bagi tanaman namun dapat memperbaiki kualitas tanah.
Konsep Pemupukan Berimbang adalah :
1. Penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara.
2. Pemupukan berimbang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pupuk tunggal yang dicampur secara sederhana (simple blending), dicampur secara mekanis (mechanical blending) atau melalui teknologi pencampuran secara kimia (chemical blending) yang disebut pupuk majemuk/compound dengan formula tertentu.
Dosis pupuk yang berimbang dibuat atas dasar beberapa pertimbangan antara lain;
1. Jumlah hara yang terangkut oleh hasil panen.
2. Jumlah hara yang terimmobilisasi dalam batang, cabang, pelepah/daun.
3. Jumlah hara yang dikembalikan ke dalam tanah.
4. Jumlah hara yang terfiksasi dan hilang dalam tanah.
5. Jumlah hara yang tersedia dalam tanah.
Rekomendasi pemupukan dalam Permentan No. 40/Permentan/OT.140/4/ 2007 menggunakan dua pendekatan yang saling melengkapi, yaitu :
a. Alat yang digunakan untuk menentukan takaran pupuk secara lebih spesifik lokasi. Alat tersebut adalah Bagan Warna Daun (BWD) untuk penentuan takaran pupuk N, dan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) atau pendekatan Petak Omisi untuk menentukan takaran pupuk P dan K.
b. Tabel Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K per kecamatan dapat digunakan sebagai Acuan dasar dalam menentukan rekomendasi pemupukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman